Petra, Yordania
Simbol keahlian teknik dan perlindungan
Kordinat :
30°19′23.64″N 35°26′54.83″E
Referensi :
Wikipedia : Petra
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Petra
Petra, Kota di Dinding Batu

Machu Picchu, Peru
Simbol dedikasi dan komunitas
Kordinat :
13° 9′47.76″S 72°32′44.75″W
Referensi :
Wikipedia : Machu Picchu
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Machu Picchu
Machu Picchu, Kota Berlapis Emas

Patung Yesus Penebus, Brasil
Kristus Penebus berdiri untuk menyambut dengan keterbukaan
Kordinat :
22°57′6.72″S 43°12′38.01″W
Referensi :
Wikipedia : Christ Redeemer
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Christ Redeemer
Christ Redeemer, Melihat Hamba dari Puncak Gunung
Panitia New 7 Wonders menyertakan juga satu-satunya keajaiban dunia kuno yang masih ada sebagai kandidat kehormatan yang tidak dipilih melalui voting.

Chichen Itza, Mexico
Simbol pemujaan dan pengetahuan
Kordinat :
20°40′54.32″N 88°34′8.91″W
Referensi :
Wikipedia : Chichen Itza
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Chichen Itza
Chichen Itza, Sumur Pengorbanan

Colosseum, Roma
Simbol kesenangan dan penderitaan
Kordinat :
41°53′24.83″N 12°29′33.09″E
Referensi :
Wikipedia : Colosseum
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Colosseum
Colosseum, Saksi Pertarungan Berdarah Manusia Vs Hewan Buas
Great Wall of China, China
Sebuah bukti ketekunan dan tekad yang keras
Kordinat :
40°21′21.03″N 116° 0′33.88″E
Referensi :
Wikipedia : Great Wall of China
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Great Wall of China
Tembok Cina, Kuburan 5 Dinasti untuk Ribuan Pembuatnya

Great Pyramid of Giza, Mesir
Simbol keabadian dan kehidupan yang kekal
Kordinat :
29°58′42.28″N 31° 8′3.18″E
Referensi :
Wikipedia : Pyramid of Giza
New 7 Wonder Kids Fact Sheets Great Pyramid of Giza
Pemilihan berdasarkan voting ini lebih tepat untuk melihat 7 keajaiban dunia yang populer bukan melihat mana yang terbaik.
Selain kepopuleran juga menggambarkan bagaimana suatu rakyat bersatu-padu untuk memperjuangkan situs peninggalan sejarahnya. Hal ini dapat dilihat dari kegigihan dan kebersamaan orang Brasil untuk memenangkan Monumen Patung Kristus Penebus. Juga orang India untuk kemenangan Taj Mahal, dan orang Jordania untuk kemenangan Petra.
Jadi Borobudur bisa saja menjadi 7 keajaiban dunia yang baru, jika saja pemerintah dan rakyat yang berjumlah 200 juta jiwa ini bekerja bersama-sama untuk itu. Sayangnya hal itu tidak terjadi. Bahkan maraknya aksi terorisme, kerusuhan masal dan ketidakramahan penduduk Indonesia telah membuat citra pariwisata Indonesia mudah “ditenggelamkan”.
Tanggal 10 Nopember diperingati sebagai Hari Pahlawan. Hari di mana para pejuang Indonesia mempertahankan……….
kedaulatan negara yang dicoba dirampas kembali kemerdekaannya oleh Belanda yang membonceng sekutu di kota Surabaya. Dalam pertempuran yang menewaskan banyak pejuang itu, Bung Karno pernah menyebutnya sebagai sebuah peristiwa heroik dengan semangat macan.
Memang mempertahankan kemerdekaan amat berat. Kita tahu bahwa hal itu adalah sebuah perjuangan yang dihiasi oleh darah dan air mata. Amat terasalah perjuangan itu ketika pertama-tama berada dalam situasi kemerdekaan. Memang benar tidak semudah merebutnya.
Kini situasi sudah jauh berubah. Tak ada lagi penjajahan sebab seluruh bangsa-bangsa di dunia ini sudah menjadi negara berdaulat dan kemerdekaaan sudah menjadi sebuah hal universal bagi seluruh negara di manapun itu.
Masalah yang kita hadapi adalah bagaimana mengisi dan mempertahankan kemerdekaaan. Semangat 10 Nopember adalah kekuatan untuk hal itu. Kita tahu bahwa persoalan yang kita hadapi sekarang ini adalah persoalan yang berat. Penjajah memang tak lagi datang, tetapi bahwa model lain dari penjajahan itu sudah menjadi persoalan kita sejak lama.
Dari dalam diri kita sendiri, penjajah datang dalam bentuk kebuntuan cara berpikir. Persoalan besar kita adalah persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan politik serta apatisme. Orientasi ke masa depan hampir tidak ada. Kalau kita berjalan sampai ke pelosok dan pedalaman negeri ini, yang ada hanyalah ketidakmampuan mengerti dan merancang mengenai masa depan.
Hal ini berkaitan dengan cara berpikir. Kita terbiasa tidak mau berjuang sebab kita mewarisi sebuah negeri yang sudah merdeka. Kita terbiasa hidup dalam kenyamanan kemapanan yang ada. Sebab kita adalah negeri yang amat terbiasa hidup dalam kenyamanan kehidupan yang semu. Sejak kita merdeka, memang negara ini tidak pernah membangkitkan semangat. Kita selalu dihantui oleh ketakutan jika berpartisipasi akan menghadapi masalah dari negeri ini.
Maka yang terjadi kini adalah sebuah negara tanpa arah dan tanpa semangat. Perhatikanlah setiap anak-anak yang bersekolah. Mereka memang pergi dan pulang, tetapi tidak tahu mengenai apa artinya masa depan. Perhatikan mereka yang bekerja, tanyakan apa yang sedang dikerjakan, pastilah akan menjawab untuk kepentingan dan investasi keluarganya sendiri. Tanyakan pada para birokrat, apa yang sedang mereka lakukan, mereka pasti menjawab bagaimana supaya mereka bisa tetap memperoleh gaji tanpa harus repot-repot.
Setiap orang di negeri ini memang amat sulit memperoleh napas baru bernama semangat tadi. Bandingkan dengan mereka yang tanpa tedeng aling-aling berjuang, angkat senjata dan menyerahkan nyawanya 10 Nopember 1948 silam. Mereka bersedia menyerahkan apa saja, demi satu tujuan yang membakar semangat mereka, yaitu mempertahankan kemerdekaan negerinya.
Sudah saatnyalah elit politik dan pemimpin negeri ini berhenti berbicara mengenai diri dan mereka saja. Sudah saatnya yang dibicarakan adalah bagaimana menyelamatkan negeri ini supaya bisa bertahan. Harus jujur kita akui bahwa fondasi semangat negeri ini sudah sangat rapuh. Yang ada adalah disharmoni, perebutan dan intrik politik serta korupsi. Bangsa ini harus dibangkitkan kembali semangatnya untuk bangkit dan mempertahankan ancaman yang datangnya dari dalam diri kita sendiri. (***)
Sinar Indonesia Baru, 10 November 2006
Menumbuhkan Heroisme Baru
Diterbitkan Nopember 10, 2006 Hari Pahlawan 1 Komentar
NEGARA tanpa pahlawan sama artinya negara tanpa kebanggaan. Jika sebuah negara tak memiliki tokoh yang bisa dibanggakan, negeri itu miskin harga diri. Ia bahkan bisa menjadi bangsa kelas teri. Karena itu, setiap negara mestinya memiliki tokoh yang disebut pahlawan.
Pahlawan menjadi penting karena ia memberi inspirasi. Inspirasi untuk selalu memperbaiki kondisi negeri. Inspirasi agar bangsa ini terus bangkit. Dan, bangsa ini sesungguhnya mempunyai amat banyak orang yang memberi inspirasi itu.
Persoalannya, apakah kita mampu ‘mengambil’ inspirasi dan kemudian secara terus-menerus mempunyai spirit untuk memperbaiki bangsa ini?
Karena itu, memperingati Hari Pahlawan seperti pada hari ini merupakan saat tepat untuk evaluasi ulang pemahaman kita akan arti pahlawan. Jika tidak, ia hanya akan menjadi seremoni hampa makna, tak membuat perubahan apa pun bagi negara. Negara seperti dibiarkan berjalan menuju bibir jurang.
Setiap generasi memang memiliki persoalan dan tantangannya sendiri. Dulu, musuh utama bangsa ini adalah penjajah. Heroisme untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan pun menjadi pekik yang tidak pernah berhenti disuarakan.
Kini, siapa yang layak menjadi musuh bangsa ini? Musuh besar kita tak lain dan tak bukan adalah korupsi, kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Itulah sejumlah masalah utama yang dihadapi negeri ini sekarang.
Korupsi seperti penyakit kronis yang sulit disembuhkan. Orang justru berlomba-lomba mengeruk uang negara. Dan, itu terjadi di semua level yang menyebar baik di pusat maupun di daerah. Hampir di semua jajaran, baik yudikatif, legislatif, maupun eksekutif, terjangkit penyakit korupsi kronis.
Jumlah orang miskin juga seperti tak ada habis-habisnya. Padahal, pembangunan terus dilakukan. Tentu ada yang salah atau tidak beres dalam proses pembangunan kita. Salah dalam tataran perencanaan dan implementasi. Sebab masih amat banyak yang berpikiran bahwa harta negara boleh diambil semau-maunya.
Kini bangsa ini juga mengalami problem amat serius, yakni ketidakpercayaan diri. Sebuah bangsa tanpa kepercayaan diri tidak mungkin bisa menghasilkan produk-produk unggul. Keunggulan hanya bisa diraih jika kita mempunyai kebanggaan akan bangsa dan negerinya sendiri.
Dengan inferioritas ini kita akan sulit bersaing di era global. Sebab globalisasi menuntut keunggulan. Tanpa keunggulan, kita hanya akan menjadi penonton yang bisa berteriak-teriak, tetapi tidak bisa menentukan apa-apa.
Itulah makna heroisme baru yang harus dibangun terus-menerus. Kita tidak ingin jasa para pahlawan dan nilai-nilai luhurnya hanya ada dalam ingatan, tapi terlupakan dalam tindakan.